21 Desember 2008

Analisis Cinta

Beribu-ribu manusia mengeja cinta sebagai keagungan rasa, banyak yang membenci karenanya, lebih banyak lagi yang memujanya. Kecintaan kepada manusia adalah rasa sayang yang dibalut kepedulian melebihi keegoan dirinya, berani membunuh rasa senangnya demi yang dicintainya. Tetapi lebih dalam lagi, menurutku sebenarnya cinta itu tak berperasaan seperti waktu. Ia tak peduli siapa dan mengapa orang mencinta, ia tak peduli menjadi ramuan obat atau racun bagi siapapun yang menenggaknya. Ia hadir sebagai karma, bagi setiap insan yang terlanjur jatuh pada keindahan raga. Ia adalah magnet yang menarik siapa saja yang terlalu dekat padanya, dan menolak siapa saja yang tidak tulus kepadanya. Intinya, cinta itu adalah alat, alat untuk manusia memahami keagungan sang Maha, alat yang bila tak mengerti cara memanfaatkannya hanya akan menjerumuskannya kepada sesal dan dosa.

Ketika seseorang jatuh cinta maka ia melihat dunia dengan kacamata cinta seburuk apapun keadaannya, begitu juga dengan seseorang yang sedang membenci akan memakai kacamata kebencian itu untuk melihat isi dunia secerah apapun keadaannya. Tetap saja kesemuanya adalah permainan perasaan, namun bila kamu sanggup mencopot kacamata itu apapun yang sedang kamu rasakan pasti kamu akan melihat sesuatu yang lain, sesuatu yang mampu merubah suasana menjadi lebih baik, sesuatu yang membantu mu menjadi seseorang yang lebih baik......percayalah !

Cinta kepada lawan jenis adalah takdir setiap manusia. Setiap jiwa selalu cenderung kepada belahan jiwanya, dan akhirnya saling mengikatkan diri dalam janji pernikahan. Orang bilang bercinta (sex) adalah puncak keindahan cinta. Makanya banyak yang memotong jalur resmi demi mengejar kenikmatan ini. Akhirnya banyak yang tergoda untuk mencicipi hadiah pernikahan ini tanpa prosesi seharusnya. Tidakkah mereka sadar, bahwa bercinta itu sekedar penambah rasa, bumbu yang seharusnya mengikatkan bahan utama masakan, yaitu cinta. Bukankah aneh jika kita lebih memilih memakan bumbu tanpa ada masakan utamanya? Semata-mata demi pemuas rasa. Bukankah itu hanya membuat mereka semakin lapar mata, sehingga semakin memburu mencari pemuas dahaga lainnya. Okey, bercinta itu berjuta rasanya. Tak ada yang menyanggah argumen ini, apalagi melakukannya dengan kekasih hari. Tetapi bukankah itu menjadi sia-sia jika tidak diikat dalam pernikahan. Ibarat mengendari motor, siapa saja (orang dewasa) bisa mengendarai motor, tetapi apakah setiap pengendara motor memiliki SIM dan STNK (juga BPKB) ?. yang berpikir praktis tentu bisa saja membantah argumentasi ini, tetapi jika terjadi sesuatu di jalan, bukankah Surat-surat itu yang membantu menyelamatkan kita dari terkaman preman berbaju hijau (polisi?) dan bisa membantu kita jika terjadi masalah hukum.

Kembali ke analisis cinta, hal terakhir yang ingin ku bagi adalah pelarian dari masalah cinta. Aku tak habis pikir kenapa banyak manusia tak lagi menggunakan kesempurnaannya untuk menyelesaikan masalah hidupnya (dan juga masalah percintaannya), mereka malah pergi ke paranormal, dukun, bahkan memohon bantuan jin dan setan. Padahal bila kita berpikir dari sudut pandang yang berbeda begitu banyak karunia tersembunyi yang ada dalam tubuh dan jiwa kita untuk dikelola dan dimanfaatkan. Mereka malah pasrah dan ambil jalan pintas menyelesaikan masalah (dan lebih ekstrim lagi “bunuh diri”). Aku percaya Tuhan takkan pernah menciptakan sesuatu sia-sia meskipun itu akan menyakitkan kita, aku yakin pasti ada akhlak mulia disetiap peristiwa, agar kita belajar, agar kita sadar, agar kita mawas dan semua demi kebaikan kita sendiri.

Tobe continued…..

Moral word :
1.Kita tidak bisa menghindari setiap lubang yang ada dalam perjalanan hidup kita. Begitu pula kita tidak bisa menghindari setiap orang yang tidak kita sukai. Hambatan itu selalu ada kemanapun kita menghindar, sama seperti orang yang tidak kita senangi. Yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan diri agar bila kita jatuh dalam satu lubang, pastikanlah bahwa kita belajar dari pengalaman itu agar tidak jatuh di lubang lainnya. Kita pun tidak bisa selalu menghindari orang yang tidak kita sukai. Yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi, berubah dan selalu belajar. Karena lagu kebangsaan dari hidup ini adalah perubahan, dan satu-satunya yang tidak berubah didunia ini adalah perubahan itu sendiri.
2.Kebalikannya, kita pun tidak bisa mengharapkan yang baik-baik selalu datang kepada kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang yang kita sukai akan suka kepada kita. Harapan dan kenyataan bukanlah dua sisi koin yang sama, harapan adalah dua sisi koin yang sama dengan kegagalan. Jika koin itu dilempar, hanya ada dua kemungkinan yang mungkin muncul dan kemungkinan itulah yang kita definisikan sebagai kenyataan. Bagaimana kita menerima kenyataan menentukan bagaimana kita bersikap. Dan bagaimana kita bersikap adalah penentu bagaimana kita bisa menarik harapan tersebut kedalam kenyataan.

Tidak ada komentar: