21 Desember 2008

The Power of Cinta

Sudah beberapa lama terlintas dipikiranku, setelah kubaca beberapa literatur akhirnya mengusik hati untuk segera kutulis.
Satu pertanyaan terbesarku saat menjalani ramadhan:
Apa tujuan Allah azza wa jalla menciptakan semuanya ini?

Tentu saja dalam kitab suci disebutkan untuk mengabdikan seluruh hidup kita kepada Allah. Seperti yang diajarkan Rasulullah tentunya. Ya, selama berabad-abad para ulama tidak mempersoalkannya. Toh kita kan hanya hamba. Tapi saat ku termenung beberapa waktu silam, aku sebagai manusia berpikir ...apa untungnya bagi allah ?... dalam pemikiran manusiaku ada beberapa opini:

1. Apakah Allah menciptakan alam semesta beserta isinya, materi, waktu, ruang, makhluk, surga dan neraka hanya untuk mengusir kebosanan? Aku berpikir “seandainya” aku di posisi allah, alangkah bosannya menjadi zat yang tunggal, memiliki kekuatan tak terbatas dilauar kungkungan waktu dan ruang. Lalu apa yang kulakukan? Ya aku menciptakan semuanya ini untuk mengusir kebosanan. Toh tidak ada ruginya karena kekuatanku tak terhingga. Lalu kuciptakan manusia sebagai lakon cerita utama untuk mengatasi berbagai rintangan untuk akhirnya dapat hidup di surga, puncak segala kenikmatan.

2. Apakah Allah menciptakan semuanya ini untuk mengenalkan dirinya kepada makhluk agar mereka beribadat dan mengakui kebesarannya. Lagi2, jika dianalogikan ibarat seorang raja kuat tanpa pengikut. Tidak ada yang mengakui kehebatannya, tidak ada yang memujanya, tidak ada yang memohon pertolongannya. Lagi2, faktor kesepian dan kebosanan. Tentu saja dua opini ini adalah opini dari sudut pikiran seorang mahluk yang sangat terbatas tingkat pemahamannya terhadap sesuatu yang diluar akal pikirannya bisa mencerna.

3. Apakah Allah menciptakan karena faktor x lain? Karena allah tidak membutuhkan makhluk, tidak punya keuntungan apa2 jika mahlukNYA menyembahnya, meminta pertolongan atau malah mendurhakainya, mencacinya dan menghianatinya. Allah juga tidak punya keperluan apa2 terhadap materi, waktu, dan ruang sebagaimana hambanya. Jika seandainya ada faktor kebosanan dan kesepian, maka itu bukannya sifat dari makhluk yang menandakan kecacatan dari kesempurnaan.
Hal itu seperti analogi : bisakah Allah menciptakan materi yang sebegitu masif beratnya sehingga Ia tidak sanggup mengangkatnya?. Sebuah kecacatan silogisme, absurd !. lalu apakah faktor x tersebut? Menurutku Itulah kekuatan CINTA.

Kenapa harus cinta, kenapa tidak ada yang lain? Seperti yang diajarkan bahwa manusia memiliki beberapa sifat allah termasuk cinta sehingga kita bisa merasakan keindahannya. Lalu apa definisi cinta? Cinta adalah suatu perasaan yang membuat kita melakukan apa saja demi menyenangkan orang yang kita cintai, kebahagiannya adalah kebahagian kita, kesedihannya adalah kesedihan kita. Satu hal yang masuk diakal bagiku dalah cinta. Allah tidak memeliki kepentingan apapun, lalu mengapa masih peduli pada makhluknya sedemikian besarnya sehingga mengirim rasul dan kitab suci. Bukankah kalau Ia bosan atau jengkel dengan sikap makhluknya, tinggal di “delete” saja?

Cinta pada makhluk
Cinta adalah anugerah terbesar yang diberikan tuhan terhadap menusia. Maka beruntunglah bagi orang yang memiliki cinta, karena hanya dengan cintalah hidup akan terasa lebih mudah. Cinta itu tidak dicari, tetapi ditumbuhkan. Kita bisa memberi tanpa menCintai, tetapi tidak mencintai tanpa memberi. Jadi pastikan dulu kita pantas untuk mencintai dengan memberikan yang terbaik dari waktu kita di dunia.

Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir.

Kadang Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita. Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.
Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.

Mengapa menunggu?
Karena walaupun kita ingin mengambil Keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.

Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.

Perlu kau ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam,
Kota Roma tidak dibangun dalam sehari,
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan,
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.

Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, Dan penantian kita tidaklah sia-sia.
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal - iman, keberanian, dan pengharapan - penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.
Pada akhirnya. Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.

Analisis Cinta

Beribu-ribu manusia mengeja cinta sebagai keagungan rasa, banyak yang membenci karenanya, lebih banyak lagi yang memujanya. Kecintaan kepada manusia adalah rasa sayang yang dibalut kepedulian melebihi keegoan dirinya, berani membunuh rasa senangnya demi yang dicintainya. Tetapi lebih dalam lagi, menurutku sebenarnya cinta itu tak berperasaan seperti waktu. Ia tak peduli siapa dan mengapa orang mencinta, ia tak peduli menjadi ramuan obat atau racun bagi siapapun yang menenggaknya. Ia hadir sebagai karma, bagi setiap insan yang terlanjur jatuh pada keindahan raga. Ia adalah magnet yang menarik siapa saja yang terlalu dekat padanya, dan menolak siapa saja yang tidak tulus kepadanya. Intinya, cinta itu adalah alat, alat untuk manusia memahami keagungan sang Maha, alat yang bila tak mengerti cara memanfaatkannya hanya akan menjerumuskannya kepada sesal dan dosa.

Ketika seseorang jatuh cinta maka ia melihat dunia dengan kacamata cinta seburuk apapun keadaannya, begitu juga dengan seseorang yang sedang membenci akan memakai kacamata kebencian itu untuk melihat isi dunia secerah apapun keadaannya. Tetap saja kesemuanya adalah permainan perasaan, namun bila kamu sanggup mencopot kacamata itu apapun yang sedang kamu rasakan pasti kamu akan melihat sesuatu yang lain, sesuatu yang mampu merubah suasana menjadi lebih baik, sesuatu yang membantu mu menjadi seseorang yang lebih baik......percayalah !

Cinta kepada lawan jenis adalah takdir setiap manusia. Setiap jiwa selalu cenderung kepada belahan jiwanya, dan akhirnya saling mengikatkan diri dalam janji pernikahan. Orang bilang bercinta (sex) adalah puncak keindahan cinta. Makanya banyak yang memotong jalur resmi demi mengejar kenikmatan ini. Akhirnya banyak yang tergoda untuk mencicipi hadiah pernikahan ini tanpa prosesi seharusnya. Tidakkah mereka sadar, bahwa bercinta itu sekedar penambah rasa, bumbu yang seharusnya mengikatkan bahan utama masakan, yaitu cinta. Bukankah aneh jika kita lebih memilih memakan bumbu tanpa ada masakan utamanya? Semata-mata demi pemuas rasa. Bukankah itu hanya membuat mereka semakin lapar mata, sehingga semakin memburu mencari pemuas dahaga lainnya. Okey, bercinta itu berjuta rasanya. Tak ada yang menyanggah argumen ini, apalagi melakukannya dengan kekasih hari. Tetapi bukankah itu menjadi sia-sia jika tidak diikat dalam pernikahan. Ibarat mengendari motor, siapa saja (orang dewasa) bisa mengendarai motor, tetapi apakah setiap pengendara motor memiliki SIM dan STNK (juga BPKB) ?. yang berpikir praktis tentu bisa saja membantah argumentasi ini, tetapi jika terjadi sesuatu di jalan, bukankah Surat-surat itu yang membantu menyelamatkan kita dari terkaman preman berbaju hijau (polisi?) dan bisa membantu kita jika terjadi masalah hukum.

Kembali ke analisis cinta, hal terakhir yang ingin ku bagi adalah pelarian dari masalah cinta. Aku tak habis pikir kenapa banyak manusia tak lagi menggunakan kesempurnaannya untuk menyelesaikan masalah hidupnya (dan juga masalah percintaannya), mereka malah pergi ke paranormal, dukun, bahkan memohon bantuan jin dan setan. Padahal bila kita berpikir dari sudut pandang yang berbeda begitu banyak karunia tersembunyi yang ada dalam tubuh dan jiwa kita untuk dikelola dan dimanfaatkan. Mereka malah pasrah dan ambil jalan pintas menyelesaikan masalah (dan lebih ekstrim lagi “bunuh diri”). Aku percaya Tuhan takkan pernah menciptakan sesuatu sia-sia meskipun itu akan menyakitkan kita, aku yakin pasti ada akhlak mulia disetiap peristiwa, agar kita belajar, agar kita sadar, agar kita mawas dan semua demi kebaikan kita sendiri.

Tobe continued…..

Moral word :
1.Kita tidak bisa menghindari setiap lubang yang ada dalam perjalanan hidup kita. Begitu pula kita tidak bisa menghindari setiap orang yang tidak kita sukai. Hambatan itu selalu ada kemanapun kita menghindar, sama seperti orang yang tidak kita senangi. Yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan diri agar bila kita jatuh dalam satu lubang, pastikanlah bahwa kita belajar dari pengalaman itu agar tidak jatuh di lubang lainnya. Kita pun tidak bisa selalu menghindari orang yang tidak kita sukai. Yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi, berubah dan selalu belajar. Karena lagu kebangsaan dari hidup ini adalah perubahan, dan satu-satunya yang tidak berubah didunia ini adalah perubahan itu sendiri.
2.Kebalikannya, kita pun tidak bisa mengharapkan yang baik-baik selalu datang kepada kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang yang kita sukai akan suka kepada kita. Harapan dan kenyataan bukanlah dua sisi koin yang sama, harapan adalah dua sisi koin yang sama dengan kegagalan. Jika koin itu dilempar, hanya ada dua kemungkinan yang mungkin muncul dan kemungkinan itulah yang kita definisikan sebagai kenyataan. Bagaimana kita menerima kenyataan menentukan bagaimana kita bersikap. Dan bagaimana kita bersikap adalah penentu bagaimana kita bisa menarik harapan tersebut kedalam kenyataan.

19 November 2008

Lapar Pengakuan

Kepada siapa aku marah
Apakah kepada mu ataukah
Justru kepada kebodohanku
Atas semua pilihan bodoh itu

Kepada siapa kutumpahkan kesal ini
Apakah kau bahkan peduli
Justru saat kupercayakan harapan
Atas kepercayaan kau menusukku

Kepada siapa kuadukan masalah ini
Apakah ada sahabat yang peduli
Kekesalan ini membunuhku pelan
Siapa, siapa, siapa disana yang peduli?

Akhirnya aku tiba di gerbang kesimpulan
Bahwa tiada yang peduli padaku selain aku
Tiada yang penting bagiku selain hidupku
Ke egoisan diri kini merasukiku, dingin...



Moral lesson...
Egoisme adalah hakekat menjadi manusia, setiap manusia pasti mementingkan yang lebih baik bagi dirinya. Oleh karena itu jangan marah bila melihat orang egois, toh dirimu sendiri juga sama (dengan memaksakan kehendakmu thd orang lain)

Solusinya adalah, tiada lain selain memberi... memberi dengan ikhlas dan senyum
Rasa pamrih hanya akan membuat ketulusan di wajamu luntur.
Manusia yang egois itu ibarat perut yang lapar. Lapar terhadap pengakuan orang lain, lapar terhadap pemenuhan eksistensinya di muka bumi, dan lapar terhadap persetujuan akan kebutuhannya. Orang yang sedang lapar cenderung tidak peduli terhadap apapun kecuali memenuhi rasa laparnya. Percuma saja melawan rasa lapar dengan rasa yang sama. Bila lawan bicaramu lapar maka jangan lawan dengan kelaparan yang sama. Logikanya, Berikanlah makanan kepada perut yang lapar, karena perut yang kenyang membuat pikiran tenang dan telinga mau mendengar.

Sering kali lawan bicara kita menuntut sesuatu bukan berarti ia membutuhkan sesuatu tersebut, tetapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan akan pengakuan egoisme. Maka dari itu, berikanlah sesuatu yang dapat mengenyangkan rasa laparnya, baru membicarakan apa yang kamu mau....
di buku-buku self-help sering diulas: give and take. You have to give first than you can claim what you desire. or something like that lah intinya....

Promosi yang menjerat

Pepatah "telitilah sebelum membeli" sering kali dilupakan konsumen bila melihat bujuk rayuan sales menggoda iman kita merogoh dompet.banyak yang terjebak tetapi ada juga yang merasa puas dengan janji-janjinya.

Ini Sedikit syaring pengalaman saja dengan yang namanya "Sales"...
Ini sudah kesekian kalinya aku termakan omongannya sales, sudah makan ati berkali-kali buntutnya.
Ceritanya begini, kasus yang paling sering adalah ketika sedang jalan-jalan, datang sales dengan senyum palsunya (dan kalau SPG kecantikannya) menawarkan produk/jasa ini-itu. Setelah muter-muter pembicaraan sering kali kepincut dengan produk yang ditawarkan.
Tapi ternyata setelah sepakat membeli produk tersebut, setelah dicoba sering kali kecewa dengan apa yang dijanjikan oleh sales. Segala omongan manis yang memuji-muji produk tersebut sering kali berbuntut kekecewaan karena imajinasi yang kita bayangkan jauh dari panggang dari api.
Parahnya lagi, sering kali setelah di komplain, sering kali diberi muka masam dan mengatakan yang intinya "barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan", atau yang lebih manis "tanyakan saja ke bagian ini-itu"
Duh, jengkelnya bila sudah begini. Seharusnya menurutku ya sales ybs yang menjelaskan karena kita kan awal tertariknya dari dia tho?

Anyway, this is the Lesson:
1. Beli yang dibutuhkan, bedakan yang merupakan kebutuhan dan keinginan, yang urgent dan yang sangat urgent. Kadang kala bila kita membawa uang tunai (atau setidaknya merasa memiliki uang) sering kali mudah tergoda dengan bius seorang sales, atau lapar mata melihat benda-benda yang flashy.

2.Selalu tanamkan sugesti ke otak bawah sadar kita bahwa apapun yang disumpalkan sales ke otak "lugu" kita adalah belum tentu benar. Bukannya memupuk rasa curiga dan antipati, tetapi nasi yang sudah menjadi bubur sudah menjadi lagu lama bila terjadi.
Logikanya begini, Sales itu dipekerjakan untuk mengasilkan penjualan sebesar mungkin, dan perusahaan yang mempekerjakannya sering kali tidak mau tahu metode apa yang dilakukannya, pokoknya jual...jual..jual... Dari pernyataan ini kita bisa menarik asumsi. Pertama, sales akan melakukan segala cara agar setidaknya target penjualan tercapai dan sukur-sukur dapat bonus tambahan.
Kedua,bila barang sudah terjual (tekhnikly) artinya sudah bukan tanggung jawab sales lagi apa yang terjadi setelahnya dengan konsumen. Artinya, apa yang terjadi pada konsumen atau barang yang sudah dijual sudah bukan urusan saya... (karena ada target baru lagi yang harus dicapai)
Ketiga, konsumen yang sudah terlanjur termakan omongan sales tentu kecewa dengan kenyataan yang diterimanya karena banyak yang tidak sesuai harapannya. Artinya, konsumen pasti mengadu kepada sales yang bersangkutan untuk mendengar penolakan-penolakan dan alasan ini-itu yang akhirnya membuat konsumen tambah kecewa lagi.
Kesimpulannya, sebenarnya kita sebagai konsumen juga tidak bisa menyalahkan sales yang sudah menjadi pekerjaannya seperti itu. Walaupun secara etika dan moral seharusnya sales juga tidak menutup sebelah mata terhadap yang satu ini. Yang harus kita waspadai adalah kredibilitas perusahaan dibaliknya.

3. Sebagai Konsumen yang pintar kita harus selalu prioritaskan hal-hal berikut :
- Seberapa jauh kebutuhan kita terhadap produknya sales tersebut
- Utamakan "After Sales" sebagai ban serep jika ada masalah dikemudian hari
Ini berkaitan dengan kredibilitas perusahaan tersebut di masyarakat. After sales
bisa berwujud garansi atau layanan komplain, yang penting bukan sekedar isapan
jempol belaka.
- Kualitas barang apakah sesuai dengan uang yang dikeluarkan, berbanding lurus
dengan seberapa besar manfaat yang dapat kita ambil dengan memilih untuk
membelinya.
- Jangan mudah termakan omongan sales begitu saja. Karena apa yang baik menurut
sales belum tentu sesuai dengan apa yang kita inginkan, dan yang kita butuhkan.

4. Perusahaan tempat sales bekerja yang sudah mapan pun bukan menjamin layanan purna jualnya juga bonafit. Sudah hukum alam bila yang kuat (cenderung) menindas yang lemah. Lihat posisi kita dimata perusahaan tersebut, apakah kita pihak yang membutuhkan atau sebaliknya. biasanya bila kita di pihak yang lemah maka bersiaplah ditodong dengan perjanjian baku dengan klausula eksonerasi ini-itu. Contoh gampangnya adalah sales kredit bank. Bila menawarkan bukan main manisnya tapi bila telat bukan main galaknya. Bukannya telat itu perbuatan terpuji bagi pengutang, tetapi kan semua bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus pakai centeng dan pasang muka masam. Sebaliknya, lihatlah pelayanan deposito bank. Lihat betapa manisnya sales merayu dan mengelola dana kita, seolah-olah khawatir dana kita takut diambil tiba-tiba.

Kira-kira begitu yang ingin aku sampaikan ke rekan-rekan semua, tolong komentnya ya...

No Body care

ini adalah keluh kesah ngeblog untuk pertama kalinya...

baru beberapa bulan ini aku belajar ngeblog sekarang baru tahu angin yang berhembus ternyata cukup besar, apalagi bila niatnya mencari uang lewat blog (itu bukan angin lagi tapai badai...)

1. ternyata mencari trafic itu susah juga ya. mungkin karena aku nol pengalaman soal urusan internet beginian. ibarat toko yang baru buka (dengan semangat yang menggebu) lalu setelah beberapa bulan ternyata tidak ada yang membeli (melihat-lihat) membuat yang mpunya patah arang. Oh well namanya juga newbee, asal tidak patah arang pasti ada saja jalannya. Perahu yang bernama pencarian makna ini akhirnya sampai pada pemberhentian pertamaku yaitu "keputusasaan", sejauh mana aku bisa menangani hal ini menentukan dimana pemberhentianku berikutnya. What a tiring journey indeed...

2. setelah ngeblog baru aku sadari betapa luasnya dunia internet ini. ada berjuta-juta blog yang sering direview orang-orang. dan mungkin lebih banyak lagi blog yang sepi pengunjung ( seperti punyaku ini). Mengapa mereka tidak mau melihat punyaku? Perasaan ini sering membuat aku down (thingking my self about how insignificant I am in this world). Ada tiga asumsi yang aku punya. pertama, mereka tidak tertarik dengan isinya. kedua, mereka tidak tahu eksistensi blog ini. Ya gimana bisa tahu kalo di gugle aj g ketemu, blogwalking aja g tau. Ketiga, menurutku apa urusannya orang-orang melihat blogku, bila memang tidak menarik?.
Well, semua memang butuh proses dan tidak perlu protes bila blog sepi pengunjung. masih banyak yang perlu diperbaiki, masih banyak yang perlu ku bagi agar orang-orang tertarik bertandang kemari. lagi pula, No body can run before they can walk. Yang artinya, semua orang juga pasti mengalami hal yang sama seperti aku saat membuat blog pertama kali. Jadi whats the poin of sulking and crying ??

3. ternyata persepsi awal yang dipengaruhi semangat menggebu untuk ngeblog sering salah kaprah. yang penting disini konsistensi dan promosi (itu yang coba aku pelajari sekarang).

LESSONS :
Anyway, inilah beberapa poin yang penting yang aku pelajari dari kesalahanku untuk diketahui oleh newbee blogger bila ingin sukses ngeblog

a. pilih namanya yang singkat, padat, jelas dan mencerminkan isinya. Sudah tabiat orang indonesia bila mencari informasi di internet pengen gampangnya saja. tinggal buka gugle lalu ketik apa yang dimau. boro-boro menghapal alamat blog kita, memanfaatkan fasilitas bookmark dan RSS aja belum semua ngerti.... (at least thats how my experience did)

b. isi blog kamu dengan sesuatu yang mungkin dicari orang-orang. Logikanya, ngapain capek2 bikin diary yang di online-kan bila kamu malu bila dibaca orang. lagi pula, ngapain juga orang-orang ngeliatin blog kamu bila isinya "g penting" buat yang baca. Kasarannya, Sapa Loe... Seleb bukan, Pejabat apa lagi...

c.sering-sering blog walking dan tinggalin komen. sapa tau aja ada yang nyangkut ke blog kamu. dan siapa tau juga om gugle ngelirik blog kamu untuk dimasukan di listing mereka.

d.work with heart. inti dari blog adalah pencurahan perasaan dan pikiran. jadi bisa dibilang self powered by hoby and motovation. Perkara tidak dilirik orang bukan masalah jika niat awalnya adalah untuk sharing pengetahuan, bukan mencari popularitas (apalagi uang). Menurutku popularitas dan teman itu bisa didapat sendiri bila kita rajin ngeblog dan bertandang ke blog orang lain juga.

Individualisme di negeri Sosialisme

Masih ingatkah dulu kita diingatkan untuk mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan individu? Sepertinya saat ini rasa itu sudah hilang. Semakin banyak saja orang yang egois dan tidak peduli pada sekitarnya. Realitas yang dulu hanya terdapat pada kota metropolitan besar kini semakin jamak saja dijumpai di tempat lain
Menurutku ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini:

Pertama, pengaruh gaya hidup, iklan, dan terutama TELEVISI. Kotak ajaib yang sering menjadi racun bila kita tidak memfilter dengan akal sehat. Gaya hidup yang serba instan dan cepat melunturkan semangat tekun dan sabar, saat ini kita cenderung lebih suka melakukan segala sesuatu dengan proses instan. Bukan berarti ini jelek, hanya saja ada proses tertentu yang harus ditempuh bila ingin hasil lebih. Contohnya adalah budaya mengantri dan mendahulukan orang yang lebih tua. Coba saja lihat di fasilitas umum, kita sering melihat orang berebut antrian dan berdesak-desakan, padahal apabila kita tertib satu persatu maka tidak perlu pakai emosi dan kekerasan, toh apa bila berebut bukan berarti lebih cepat, yang ada hanyalah merampas hak orang lain (ciri-ciri orang tidak berpikiran maju).

Begitu pula iklan yang selalu mencekoki hidup kita kemanapun mata kita melihat di tempat-tempat umum. Iklan yang hampir pasti selalu menipu, menjanjikan fantasi dan utopia bagi jiwa-jiwa yang tidak memfilternya lebih dahulu. Bila kita sudah termakan iklan, bisa dipastikan akan terjebak pada budaya konsumtif, tidak produktif dan hanya menjadi sapi perah bagi industri iklan. Pesan yang ingin disampaikan hanya satu, ”telitilah sebelum membeli”. Apa yang baik menurut iklan belum tentu baik untuk kita, apa yang menjanjikan menurut iklan belum tentu sesuai kebutuhan kita. Jangan diperbudak oleh iklan, jadilah smart buyer

Televisi, hmmm..... mau dibilang apa lagi dengan benda yang satu ini.... TV adalah inti moderenitas (selain listrik tentunya), inti pusat hiburan masyarakat dan inti tempat cuci otak manusia. Satu dari dua orang yang bekerja pasti memiliki TV, ia sudah sedemikian pentingnya sehingga kita sering kecanduan tanpa kehadirannya. Coba perhatikan tayangan televisi nasional kita, apakah isinya ada yang benar-benar bermanfaat? Menurutku hanya 10% yang bisa diambil manfaatnya, sisanya program sampah yang hanya untuk memenuhi rating dan popularitas. Bahkan program berita pun sudah terkontaminasi dengan eksploitasi kekerasan, komersialisasi kriminalitas dan komentator yang tidak memberi pesan yang bermutu. Bicara soal sinetron? Tidak ada untungnya menonton acara ini. Dengan jumlah waktu yang sama, kita bisa melakukan hal lain yang lebih produktif. Kuis? Hanya 30% yang bisa kita serap ilmunya, sisanya adalah penjualan imajinasi kepada penonton. Film? Bila untuk hiburan, boleh-boleh saja. Tetapi bila harus ditunggu-tunggu, nanti dulu... toh bila ketinggalan bisa menonton di lain waktu, lagi pula bisa mencarinya di rental kan?

Kedua, pengaruh teman pergaulan dan keinginan menjadi trendseter yang sering kali salah kaprah. Apa yang sering menjadi trend adalah sesuatu yang berbeda, yang nyeleneh dan sering kali justru menghancurkan nilai-nilai budaya. contoh gampangnya adalah fashion. coba deh diperhatikan (terutama fashion wanita) akhir akhir ini. ditempat publik terutama mall sudah sering kita lihat perempuan memakai busana kurang bahan, entah kekecilan. dan mereka tidak malu untuk menunjukkannya. bila dipikir-pikir, ini pemandangan yang menyejukkan pandangan kaum pria. Namun apa benar demikian? menurutku itu justru menurunkan nilai kekaguman terhadap perempuan itu, menurunkan nilai kecantikannya dan menghilangkan rasa hormat terhadapnya.

Ketiga, pengaruh globalisasi dan global warming. Globalisasi membuat impor budaya tidak pakai kran lagi. Bila kita tidak membentengi diri dengan budaya kita sendiri bisa-bisa kita tersapu oleh arus gobalisasi ini, yang sering kali berlawanan dengan nilai moral yang kita akui. Sedangkan Global warming membuat iklim menjadi panas, dan panas membuat orang sering tidak sabar

Sebagai penutup, apa yang aku sampaikan ini bukan sebagai keluhan atau mempersalahkan sistem yang sudah ada. Kita sudah terlanjur tercebut dalam masalah ini bersama-sama. Toh tidak bisa menghindari air yang sudah terkena di badan. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan perubahan pada diri sendiri. Ya, pada diri sendiri, bukan pada orang lain. Karena dengan memberi contoh kepada diri sendiri kita dapat menginspirasi orang lain untuk berbuat yang sama. Jauh lebih efisien daripada menyuruh orang lain tanpa memberi contoh terlebih dahulu.

Kebebasan sebagai fitrah

Seandainya saja manusia tidak memiliki kebebasan maka tidak ada surga dan neraka. Salah satu alasan Tuhan memperkenalkan “institusi” surga dan neraka kepada manusia adalah agar manusia mengerti bahwa manusia itu adalah mahluk yang memiliki pilihan. Dalam agama kita diajarkan bahwa manusia dari awalnya sudah dilahirkan untuk melihat dua sisi yang saling bertolak belakang. Manusia ditakdirkan untuk menentukan pilihan, atau lebih tepatnya memiliki kebebasan untuk memilih. Buktinya, ada surga dan neraka. Seandainya kita tidak diberi anugerah untuk memilih berdasarkan kehendak bebas prbadi tentu tidak perlu ada surga dan neraka, karena jalan hidup manusia sudah pasti arahnya. Karena manusia memiliki pilihan itulah berarti manusia memiliki kebebasan. Dan karena dalam kebebasan itu ada tanggung jawab, maka Tuhan pun memperkenalkan dosa dan pahala sebagai timbangan untuk menakar tanggung jawab manusia.
Lalu apa signifikansinya mengetahui hal ini? Toh dalam dunia yang semakin liberal ini pengetahuan semacam ini sudah mahfum diketahui. Ada beberapa ide yang ingin aku gelontorkan untuk menjadi pemikiran kita semua.
Pertama, adalah dampak langsungnya. Di alam demokrasi indonesia ada berbagai macam ide dan gagasan yang melahirkan beraneka ragam Organisasi Masyarakat (ormas). Masing-masing ormas mengklaim bahwa idenya yang paling tepat dan benar untuk diterapkan sebagai solusi ajaib yang dapat mengeluarkan indonesia dari ketertindasan. Padahal Allah sendiri tidak memaksakan bagaimana teknis pelaksanaannya. Al-Quran sebagai rekaman pesan Allah hanya berisi garis besar mencari jalan keselamatan. Allah tidak mengendaki jalan kebenaran itu harus lewat mana saja. Kata Quraishihab, jadilah muslim yang liberal. Dalam artian jangan berfikir sempit. Bukalah wawasan dalam agama dan muamalah dan cari jalan tengahnya. Islam tidak mengajarkan jalan menuju surga harus lewat jalan A. tetapi boleh lewat jalan B, C, D dst. (asalkan tidak keluar dari syarat yang telah ditetapkan)
Kedua, sebenarnya hidup ini mengikuti pilihan yang diikuti oleh manusia. Manusia mengikuti apa yang dilihat dan dipikirkannya dan membungkusnya kedalam realitas. Kita selalu mendefinisikan hidup yang dijalani dengan pilihan benar atau salah. Apa yang benar menurut kita selalu menjadi petunjuk arah yang kita tuju. Tetapi persepsi tersebut bisa saja berbeda dengan orang lain, oleh karena itu ada yang disebut kebenaran komunal. Kebenaran bersama yang dianggap sebagai sesuatu yang umum diketahui oleh orang banyak, maka lahirlah norma dan kemudian termanifestasikanlah hukum. Lalu apa kaitannya dengan bahasan ini?. Inti yang mau disampaikan adalah, Pilihan yang kita buat bisa jadi pilihan yang sama dibuat oleh orang lain, tetapi apa yang kita anggap baik belum tentu baik menurut orang lain. Jadi, memilih sesuatu dari sesuatu yang lain adalah hak asasi yang paling hakiki. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain apabila kita tidak ingin diperbuat yang sama.
Tidak ada batasan dalam alam pikiran, baik menyangkut kreasi seni maupun ilmu pengetahuan. Alam pikiran manusia terus berkembang seperti berkembangnya alam semesta. Ideologi lahir, berkembang kemudian digantikan ideologi lainnya. Apa yang benar menurut kita saat ini bisa saja salah di masa depan. Kita terus merevisi pemikiran kita (manusia) sendiri.

Maka dari tanggung jawab itu lahirlah dosa.....

21 Oktober 2008

Retorika

Sekarang aku mengerti apa arti hidup ini buatku. Aku tidak bisa merangkainya dengan kata puisi. Bagiku Hari ini arti hidup adalah untuk terus mencari makna dibalik setiap peristiwa. Kebijaksanaan didapat hanya dengan merenungkan perbuatan, bukan dari menyalahkan keaadaan. Mencari Jawaban memang perlu dilakukan dengan menyelesaikan setiap persoalan hidup, namun kebijaksanaan didapat dengan merenungkan makna dibalik setiap jawaban. Tapi mengapa kita perlu mencari kebijaksanaan?. Jawabanya bergantung kepada siapa orang yang ditanya. Bagiku, hanya dengan mencari kebijaksanaanlah hidup ini menjadi lebih bermakna, dan memang hanya kebijaksanaanlah yang bisa.
Aku masih ingat sebuah iklan yang mengatakan menjadi tua itu pasti, namun menjadi dewasa itu adalah pilihan. Manusia adalah mahluk bembelajar, manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan kehendak bebas dengan kesadaran disertai akal sehat. Apabila seseorang selalu reaktif terhadap setiap peristiwa yang dialaminya, dan selalu menyalahkan semua kecuali dirinya adalah orang yang tidak mau bersikap dewasa (karena demikianlah aku waktu dulu). Kedewasaan itu penting karena kita tidak dapat menentang umur. Setiap detik kita bertambah tua, jika kita lebih memilih untuk tidak beranjak dewasa itu sama saja memasrahkan jalan hidup kita kepada keadaan, kita akan terombang-ambing oleh masalah dan tren yang ada. Kita tidak dapat melakukan langkah antisipatif dan prefentif, bukakah itu sama saja kita diperbudak oleh jaman?
Tapi apa arti kedewasaan itu?. Bagiku, kedewasaan adalah kemauan untuk menerima tanggung jawab dan mengamanatkannya dengan baik, dan bertanggung jawab bila lalai. Berhati-hati bila berucap namun tangkas dalam mencerna pembicaraan.
Kalau kupikir-pikir, aku telah menghabiskan masa laluku dengan menyalahkan, meratapi semua hal buruk dan memalukan yang telah kulakukan, selalu rendah diri, dan menutup diri dari segala kebaikan yang tersebar di bumi ini dengan merasa akulah orang termalang yang bernafas di planet ini. Kuterus mempecundangi diriku dengan mencekoki jiwa ini dengan segala hal negatif yang menampar mukaku. Hingga hitam sudalah hati ini. Kumerasa seperti pesakitan yang hidup enggan matipun takut, takut untuk mempertanggungjawabkan semua dosa yang berlumuran di tangan yang hina ini. Bahkan bernafaspun seperti menghirup gas beracun. Semua itu kulakukan entah mengapa, setiap kesalahan kecil yang kulakukan akan selalu mengiang-ngiang ditelinga seperti guntur, menyambar keras setiap aku melamun. Dan itu kulakukan terus menerus hingga tidak ada hawa kebahagian lagi yang mau hinggap di dada ini. Alangkah malangnya nasibku, itulah yang menjadi kata favorit sepanjang hari. Bahkan kini rasa seperti itu masih tetap tersimpan meski kadarnya sudah kucoba untuk terus dikurangi. Penyesalan adalah makanan bagi jiwaku dan mimpi palsu adalah kemana mataku tertuju setiap harinya. Begitulah perasaanku selama ini yang membusuk jauh dilubuk hatiku. Sampai suatu hari....
Entah kapan, beberapa tahun lalu kumemutuskan sesuatu yang takpernah kusesali seumur hidupku hingga hari ini. Kuberkata pada diriku, “ Duhai jiwaku, mengapa kau lakukan terus semua ini? Buat apa kau terus menikam dirimu dengan kepahitan yang sudah berlalu. Siapa yang diuntungkan? Bukankah kau akan menyesal sendiri hingga akhir hayatmu? Hidup harus terus berjalan, suka tau tidak, dunia ini tidak peduli akan kemalanganmu, tidak juga temanmu, terlagi keluargamu. Meraka semua akan terus berjalan kedepan, tak peduli kau mau terus menoleh kebelakang, tak ada yang peduli !!! Lalu buat apa semua ini? Kayu yang sudah terbakar menjadi arang takkan kembali lagi, meski kau tangisi hingga air matamu menjadi danau asin.

Kesalahanku terhadap mimpiku

Kupikir mimpi itu penting, karena mimpilah yang menyelamatkan kita dari kegilaan hari-hari. Dengan mimpi aku merasa lebih ringan menjalani kehidupan ini. Maka entah sejak kapan ku mulai menyelubungi hari hariku dengan mimpi- mimpi. Setiap ada hal baru yang menawan hatiku kujadikan mimpi. Kuterus mencekoki akal sehat ini dengan mimpi – mimpi dan kata- kata “seandainya....”.Kupikir itu bagus mengingat kondisiku yang tidak memungkinkan untuk memiliki mimpi itu.
Hingga saat ini kumenyadari bahwa itu salah. Ku tergugah saat membaca opini Sultan Hamengkubuwono dikoran kompas tentang kontroversi parkir alun- alun utara. Ternyata pola pikirku tak ubahnya dengan percaya klenik dan tahayul seperti yang masih menjangkit masyarakat jawa pada umumnya. Sultan mengatakan bahwa percaya klenik tidak akan merubah kenyataan. Alun alun utara yang dipercaya memiliki kosmologi religius telah disalah artikan sebagai tahayul bahwa tidak boleh mengubah apalagi membangun sesuatu diatas maupun dibawahnya. Kondisi kumuh diatas alun alun adalah realita yang harus diselesaikan. Namun karena tahayul yang ada maka terjadi pro kontra kalau seandainya dibuatkan parkir dibawah tanah alun-alun.
Anyway, aku menjadi sadar bahwa ternyata dengan bermimpi tidak akan menghapuskan kenyataan pahit yang ada didepanku. Ku ingat kalau ku tertimpa persoalan yang kulakukan pertama adalah berkhayal (“Seandainya saja,,,,”) sampai akhirnya aku kehilangan kesempatan untuk memperbaikinya. Sama seperti klenik, ketika ada masalah yang berhubungan dengn hal mistis, pasti yang dipercayai adalah tahayul yang berhubungan dengan masalah tersebut, bukan segera mencari penyelesaiannya secara logis. Contohnya, ketika seseorang terkena sakit yang aneh, pasti langkah pertama adalah membawanya ke dukun, bukan kedokter. Padahal bila dinalar secara logis, dukun hanya bermodalkan mantra-mantra saja bukan pengetahuan yang bisa dinalar secara logika.
Bila dipikir – pikir kasusku hampir sama dengan percaya tahayul. Selama ini yang kulakukan adalah terus berkhayal sehingga lupa dengan masalah sebenarnya yang ada didepanku. Sehingga pandanganku berubah menjadi tidak masuk akal, kuberjalan dengan arah menuju khayalanku dan membuang masalah sebenarnya entah kemana, sampai akhirnya aku tersandung dengan masalah yang lebih rumit lagi. Dengan kata lain, aku adalah tipe delayer alias penunda nunda.
Yang kuingat dibuku, masalah adalah bola salju yang menggelining kencang kebawah, jika kita tidak mengantisipasinya sekarang, maka lama kelamaan bola salju itu akan semakin membesar hingga akhirnya menghancurkan hidup kita. Dan hidup ini penuh bola bola salju yang menerjang kedalam kehidupan kita setiap harinya. Pilihan kita adalah, menghentikannya sekarang atau mengabaikannya sampai bola salju itu benar-benar menghimpit kita. Hidup memang demikian, suka atu tidak. Disitulah peran mimpi sebenarnya, agar kita tidak menelan getir sendirian. Hmmm, alangkah bijaksananya jika hal ini aku lakukan....
Tapi itulah kebiasaan burukku, selalu menunda nunda, baru bergerak kalau sudah kepepet sehingga memaksa otak diporsir penuh (walaupun sampai sekarang aku masih bisa bertahan). Kubenamkan waktu hidupku dilayar komputer, menyendiri sibuk dengan hal-hal yang kusadari remeh sekali dibanding masalah utamaku. Teman-temanku menjadi jauh karena jarang bertemu, dan kumakin sibuk pada hal hal tidak penting, membuang-buang waktu dan menghancurkan hidup dan masa mudaku, oh alangkah malangnya....
Tadi sore aku bermimpi aneh, entah apa tapi membuat hatiku galau hingga akhirnya kutulis disini. Aku merasa hampa, sebenarnya setiap tengah malam aku terbenam akan masalah ini. Mau kemana aku ini? Sebenarnya apa yang aku tuju? Masa depan seperti apa yang aku inginkan? Pentingkah jika kulakukan semua ini? Wah, pokoknya banyak pertanyaan dasar yang sebenarnya terus menghantui hatiku.
Tapi diatas semua itu, satu pertanyaan yang membuat risau hatuku adalah, sampai kapankah harus kulalui semua ini. Perasaan hampa ini, kesendirianku ini, kesedihan dan amarah ini. Jika kuingat ingat sebenarnya hidupku jauh lebih baik jika kuturuti saja nasehat yang ada didalam buku-buku yang menjejali rak ditembok kamarku. Toh aku bukan orang yang kekurangan (meski bukan kelebihan kecuali berat badan dan dosa  ) dan orang tuaku juga adalah orang-orang yang berprestasi dan penuh perjuangan pada masa mudanya. Tapi entah mengapa setiap kali aku memikirkan itu yang ada dikepalaku hanya penundaan dan mimpi lainnya, sentah sampai kapan aku terbebas dai penjara lingkaran setan ini.
Saat ku ngobrol dengan eyangku, ku diingatkan lagi bahwa keluarga besarku penuh perjuangan saat mudanya hingga akhirnya sekarang semuanya sukses, seharusnya aku juga demikian. Apa lagi yang kutunggu? Haruskah kuhabiskan masa muda ini hanya untuk bermimpi dan menghamburkan waktu hingga ketika datang masa tuaku yang tersisa di pelupukku hanyalah air mata penyesalan? Dan orang orang yang ku sayangi harus menderita karena keterbatasanku, karena ku tak mampu penuhi harapan mereka. Lalu saat kuingin merubah sebagalanya yang tertinggal adalah tubuh renta yang tak pernah kuajari penderitaan. Akhirnya saat malaikat maut merenggut nafas terakhirku kumenangis dalam pengibaan, “Ya Allah, berilah hambamu satu kesempatan lagi”.
Kalau sudah begitu, mau apa lagi? Bukankah Allah.swt sudah mewanti wanti ;
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Wahai Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (Fathir: 37)

What is life ?

• Life is a game, yeah.... aku pernah mendengar kata itu, dan baru aku sadari sekarang maknanya, mungkin bisa diteruskan menjadi ; Hidup ini hanya sebuah permainan belaka, sebagai permainan.... pilihan ada ditanganmu apakah kamu mau ikut bermain atau kau malah dipermainkan oleh `permainan` ini. Karena sebenarnya dalam permainan menang kalah, senang sedih, adalah resiko yang harusnya menjadi semacam motivasi untuk menuntaskan misi yang diberi di setiap level. Lalu apa misi ku sebenarnya ?.....Entahlah, karena aku sendiri juga masih mencari karena misi (menurutku) berbeda dengan obsesi, tapi secara umum...misi setiap orang ditentukan dari mana dia mulai `start` which is related to the background familly and surounding also education and emotional condition. Itu semua terserah kamu, apakan kamu mau enjoy the life atau mau painstakinly the life.
• Life is........ about fact and fake Relativity........ about Unpredictable Nature behavior........ about “hwo am I”........ about fear........ about hope........ about love........ about memory........ about playing chess........ about birth and death........ about scrolling a dice........ about the good and the bad........ about Universe from atom........about the question and the answer .......about finding conection ........ about learn, aplicate, and forget........ about The thing we should to relize that God does exist and He is all the might.......... but why we usualy doesn`t care........
• Hidup Ini.... ibarat suatu event yang disponsori oleh suatu perusahaan (yang dalam pengertianku ini adalah Tuhan) yang mengadakan suatu kontest recruitment anggota untuk menguji `seberapa loyal dan sanggupkah mereka` untuk lulus dan mendapatkan skor tertinggi (yang dalam pengertianku ini adalah pahala) karena itu akan menentukan posisi, gaji, dan gengsi dimata pimpinan. Bila mereka dianggap sudah cukup memenuhi kriteria, mereka (kita) akan dijemput untuk menempuh perjalanan menuju ujian yang diadakan oleh pak direktur (Tuhan) yaitu dimulai dengan memasuki gerbang terdepan kompleks perusahaan yaitu sebuah kedewasaan, berbagai ujian telah disiapkan oleh `takdir` dari level terendah setahap demi setahap, dari yang disadari maupun tidak, dari yang menyenangkan, mengharukan, sampai yang menyedihkan, dari yang nyata maupun yang terselubung, dan dari yang diharapkan dan yang tak diharapkan. Hebatnya....sang pemateri benar benar telah sempurna menyelebungi nikmat dan dosa seakan tipuan sihir yang selalu membuat kita merasa terpana, terlena, dan lupa akan testnya....benar benar mampu mengendalikan akal, malu, nafsu, keyakinan, dan hati pengikut test (dalam pengertianku semua manusia) larut dalam hingar bingar godaan (dunia). Lalu, gimana dengan materi (jerih payah) yang harus ditebus agar dapat lulus dalam permainan ini ?, jawabannya untuk sementara ini adalah `waktu`, karena setiap pemain memiliki modal yaitu waktu yang diberikan apakah dipergunakan untuk berlehaleha, menulis contekan(kode cheat), belajar keras, dsb. Ibarat sebuah kertas HVS putih dan kosong, kita mulai mencoret coretnya dengan pengalaman kita yang ditulis oleh pena usia sejak kita dilahirkan dan akan mulai diperhitungkan ketika test sudah dimulai (dalam pengertianku adalah akil baligh). Apakah tulisan tersebut rapih, bengkok, atau cakar ayam, itu tidak masalah, karena yang penting adalah apa yang kita tulis dan apa yang kita manfaatkan dari tulisan itu untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, karena itulah yang akan keluar di writen &oral test nanti. Sampai nanti, kertas itu menjadi tidak muat lagi untuk ditulis dan kita menjadi lupa akan yang dulu pernah kita tulis dulu karena sangking tidak jelasnya tulisan itu. Lalu di tambah dengan mulai macetnya pena kita, pertanda tinta nafas yang sudah tinggal sedikit dan bila sudah waktunya, kita akan berangkat menempuh gerbang kedua dari kompleks perusahaan yaitu kematian ujian dan kertas HVS tersebut adalah materi yang diujikan kepada kita

Beberapa renungan....
1. Takutlah pada kematian sehingga kamu mengerti indahnya kehidupan, namun lebih takutlah pada apa yang akan terjadi setelahnya sehingga kamu mawas diri dari apa yang kamu lakukan.
2. Keyakinan adalah milik manusia yang paling pribadi, siapa yang merenggutnya berarti membunuh nurani, apa yang terjadi diawal milenium hingga sekarang adalah contohnya, betapa keyakinan banyak orang telah diabaikan oleh keyakinan lainnya, padahal belum tentu keyakinannyalah yang paling mutlak, paling benar, paling segalanya dibanding yang lainnya, karena keyakinan adalah pegangan terakhir manusia ketika rasio tak mampu lagi berkata.
3. Sepertinya kenyataan (fakta) bukanlah lagi mata keadilan ketika kebijaksanaan tidak lagi menopang nurani, ketika hukum alam kembali menduduki kesadaran manusia, ckk....alangkah sayangnya menyiakan kesempurnaan seleksi alam yang telah di berikan kepada kita .....
4. Jangan biarkan perasaanmu terlalu larut dalam suasana, semakin dalam kamu tenggelam dalam larut semakin jauh harus berjuang berenang kepermukaan. Sedih, senang, cinta, rindu, benci, cemburu, hampa, semua hanya bumbu, tak lebih dari itu....coba pikirkan bagaimana selanjutnya, mengapa, dan apa, dibalik semua itu karena itu adalah menu utamanya. Bila menemukannya berarti kamu adalah salah satu orang yang beruntung.....benar benar beruntung (so keep it steady)
5. Ketika seseorang jatuh cinta maka ia melihat dunia dengan kacamata cinta seburuk apapun keadaannya, begitu juga dengan seseorang yang sedang membenci akan memakai kacamata kebencian untuk melihat isi dunia secerah apapun keadaannya. Tetap saja kesemuanya adalah permainan perasaan, namun bila kamu sanggup mencopot kacamata itu apapun yang sedang kamu rasakan pasti kamu akan melihat sesuatu yang lain, sesuatu yang mampu merubah suasana menjadi lebih baik, sesuatu yang membantu mu menjadi seseorang yang lebih baik......percayalah !
6. TeVe.....sebuah kotak hebat yang mampu merubah dunia.....sebuah kotak berbicara yang menawarkan gaya hidup, pola pikir, hiburan, informasi, dan pelayanan atau lebih tepatnya pemberhalaan...... sebuah budaya baru; budaya `Teve Junky`.
7. SeX adalah (seperti) ganja pada tubuh penuh cinta, sekedar penambah rasa. Untuk itu cinta lebih agung dibanding sekedar ganja.
8. Kenapa aku tak pernah habis pikir kenapa banyak manusia tak lagi menggunakan kesempurnaannya untuk menyelesaikan masalah hidupnya, mereka malah pergi ke paranormal, dukun, bahkan memohon bantuan jin dan setan. Padahal bila kita berpikir dari sudut pandang yang berbeda begitu banyak karunia tersembunyi yang ada dalam tubuh dan jiwa kita untuk dikelola dan dimanfaatkan. Mereka malah pasrah dan ambil jalan pintas menyelesaikan masalah (dan lebih ekstrim lagi “bunuh diri”). Aku percaya Tuhan (Allah.swt) takkan pernah menciptakan sesuatu sia-sia meskipun itu akan menyakitkan kita, aku yakin pasti ada akhlak mulia disetiap peristiwa, agar kita belajar, agar kita sadar, agar kita mawas dan semua demi kebaikan kita sendiri.

Kehidupan ?

Apa itu kehidupan? Kenapa kita selalu mempertanyakannya? Lalu apa yang kita cari dan yang mau kita tinggalkan di kehidupan ini? Apa yang terjadi kemudian? Mengapa bisa begitu? Kemana perginya kehidupan ini?….Ah Diamlah, terlalu banyak pertanyaan…..tapi apakah benar terlalu banyak pertanyaan?, bukannya pertanyaan itu tak ada jawaban pastinya? Lalu buat apa kita mesti mempertanyakannya? Kalau begitu pertanyaannya apa dong ???. Aku pikir mempertanyakan apa yang patut dipertanyakan dari apa yang ada dalam kehidupan adalah hakikat kehidupan itu sendiri. Bukankah karena itu kita selalu mengangap diri kita superior dibanding mahluk lain di alam semesta ini? Kita mempertanyakan segala sesuatu bukan hanya untuk mencari jawaban, tetapi lebih untuk memuaskan nafsu keingintahuan kita pada semua yang ada. Satu jawaban menelurkan seratus pertanyaan baru. Menjadi bilangan tak terhingga hingga menjadi lupa alasan buat apa kita mempertanyakannya. Dan semua bersumber dari satu pertanyaan. Pertanyaannya adalah “apa ?”. Lalu kenapa aku menulis ini semua? Well,..I think it might be usefull some day.
Orang bijak bilang kehidupan itu tidaklah perlu terlalu hebat dan cepat. Yang terpenting adalah merasa puas dan bersyukur. Bukan berarti tidak berambisi, tapi hanya jangan menancap gas mobil kehidupan terlalu dalam. Teruslah maju namun jangan melupakan melihat pemandangan di sekitar itulah yang penting. “Taukah engkau ‘puncak kehidupan tercapai ketika kita amat bahagia menjadi orang biasa ?’, kata seorang bijak padaku. Memang sulit sekali menempuh jalan seperti itu. Ya…hidup itu memang sulit, benar-benar sulit. Tapi bukan berarti harus memusuhinya apalagi menambah kesulitan dengan berlebihan menyalahkan diri sendiri. “Orang salah itu biasa, tapi memetik pelajaran itu luar biasa”, kata Roosevelt. “Masa kita mau kalah dengan keledai? Jatuh dilubang yang sama berkali-kali. Karenanya tertawalah seikhlas jantungmu berdenyut. Itu bisa menjadi kesenangan pelipur lara. “Hidup ini penuh guyonan konyol tentang manusia”. Ya, begitulah kehidupan….Jangan terlalu dianggap serius, nanti bisa dibikin mabuk padanya hingga takmau berpisah darinya.
Ngomongin soal Kehidupan takkan terlepas pada Alam. Kita bernafas pada ruang yang bernama “Bumi”. Karnanya Kita tunduk pada Hukumnya. “Apa itu?”. Contohnya Hukum alam mengatur bahwa Orang Kaya pasti sedikit, dan Orang Miskin (Baca Gagal) pasti banyak. Mengapa kedua golongan ini selalu berselisih? Masalahnya mungkin adalah bahwa Orang kaya perlu mengerti kehidupan orang miskin dan Orang miskin perlu mengetahui sistem kerja orang kaya. Well, Jujur saja semua orang tidak mau hidup miskin. Terlepas dari materialisme dan dogma agama, manusia perlu materi untuk menghidupi tubuh dan egonya. Masalahnya, kenapa banyak orang gagal meraihnya? Aku pikir masalahnya bukan terletak dari hasrat menggebu, tapi dari impian. Impian adalah bahan bakar ramah lingkungan yang bisa terus menghidupi semangat, ambisi dan konsistensi dalam merubah kehidupan. So what?

akhirnya punya juga blog

akhirnya punya juga blog pribadi. setelah memendam keinginan bertahun-tahun pengen punya blog sendiri tapi terkendala gaptek internet, sekarang keinginanku terwujud.
this is my first ever blog, so please dont judge me so harshly my dear fellow blogger.
wish you visit my blog...