09 Mei 2009

Katakan cukup [pada ketamakan]

Akan ada selalu orang yang lebih berkecukupan darimu, akan ada orang yang lebih mampu darimu. Oleh karena itu katakanlah cukup, cukupkan nafsumu. Jangan terlalu mengumbar nafsumu ingin memiliki segala keinginan didepan matamu. Jangan mengiri berlebihan sehingga malah membuatmu terobsesi. Ingatlah keinginan itu tidak akan berhenti sampai disitu saja. Setelah terpenuhi satu akan ada lagi yang lain dan lain lagi. Oleh karena itu cukupkan semua untuk yang terpenting saja. Aku tidak mengatakan memiliki keinginan itu salah, hanya saja coba pikirkanlah terlebih dahulu.

Orang itu cenderung akan selalu merasa kurang, merasa hidup itu tidak adil ketika melihat (membandingkan) keadaannya dengan keadaan orang lain yang lebih baik dan cenderung untuk akan bersyukur ketika melihat kehidupan orang lain yang berada dibawah keadaannya. Sabarkanlah nafsumu, tundukan pandangan dan berendah hatilah. Apapun keadaanmu, akan masih ada orang lain yang memiliki keadaan lebih buruk darimu, bahwa Tuhan telah menciptakan kita dengan keadaan yang berbeda-beda, bukan untuk membuat kita tersiksa tetapi agar kita mampu memahami nilai, bahwa setiap manusia itu berbeda dan ujian hidup itu pasti datang kepada siapapun orangnya. 

Bahwa makna dan pelajaran yang berharga itu hanya bisa disaring dan direnungkan setelah kita lulus dari ujian hidup. Pengalaman itu baru didapat setelah kita bisa mengatasi persoalan hidup, oleh karena itu pengalaman itu unik bagi setiap manusia dan membandingkan isi kantongmu dengan kantong orang lain sebenarnya sungguh tidak bijaksana. Karena itu berarti kita mengingkari nikmat yang telah ada dalam genggaman kita, melupakannya demi meraih nikmat yang ada ditangan orang lain. Sungguh egois!

Jangan menjadi silau dengan harta, karena harta tidak bisa menyelamatkanmu dari kesedihan, kekosongan dan kesakitan. Harta sejatinya hanya sarana, alat untuk membantumu menuju impianmu. Tetapi sebagai alat, jangan mengangkatnya menjadi tuan. Ketika kita mulai gila-gilaan bekerja dan memeras tenaga demi meningkatkan harta, seolah-olah hartalah tolak ukur kebahagiaan kita. Bahwa semakin banyak harta yang dapat kita kumpulkan semakin bahagia kita. Jangan menjadi salah kaprah dengan role model yang kita lihat di layar kaca atau di kehidupan sehari hari. Orang-orang seperti kerabat dan orang tua mencontohkan untuk bekerja demi menghimpun uang. Menabung sebagian dan membelanjakan sebagian lainnya. Begitu seterusnya. Bukan berarti itu salah, tentu saja seperti itulah roda kehidupan, namun bukan berarti itu adalah tujuan. Kamu harus miliki hidupmu sendiri, bekerjalah karena kamu suka dengan pekerjaan itu, hiduplah dengan menjadi bermanfaat bagi orang lain dan sempatkanlah untuk menikmati pemandangan sekitar. Jangan jadikan hidupmu budak untuk mencari uang, yang akhirnya hanya uang sajalah yang kamu miliki. Jadikanlah hidupmu berarti, dengan mencari makna hidupmu sendiri dan matilah tanpa meninggalkan penyesalan.

Life has its own irony, ketika muda memiliki banyak impian tetapi tidak bisa memilikinya karena tidak memiliki harta. Ketika tua harta sudah terkumpul banyak, tetapi keinginan-keinginan masa muda dulu menjadi usang tergantikan kekosongan hidup, kesehatan yang semakin menurun dan hidup yang diambang batas. Apakah seperti itukah hidup yang kamu inginkan? Apa bedanya dengan kerbau. Bekerja, makan, bekerja, makan... hidup itu seharusnya memiliki tujuan yang lebih mulia. 

Apakah esensi kehidupan itu? Apakah dengan pemenuhan rasa haus akan keinginan kita berarti kita telah mencapai hakikat hidup? Apakah dengan pemenuhan lapar mata dan iri hati dapat dikatakan kita telah memiliki kepuasan hidup? Jika segala sesuatu yang mudah dicapai tidak dapat dinikmati, apakah segala sesuatu yang sulit dicapai itu berharga? Jika kita mati tidak membawa apa-apa kecuali dosa dan pahala, pentingkah masih mengejar rupa dunia dan perhiasannya? Dan jika semuanya pasti berakhir, salahkah jika kita hanya menonton dari tribun tanpa harus memulai langkah pertama ke perlombaan menuju akhir itu?
Jika kamu masih berfikir hidup untuk dunia, pikiranmu hanya terjebak kepada konsumtifisme –persis seperti yang pengiklan-pengiklan dimedia inginkan- hanya sesaat, lalu kemanakah akhirnya arah yang kamu tuju setelah pemenuhan-pemenuhan ego itu tercapai? Hanya ruang kosong di dada. Seongok cita-cita materi yang akhirnya tidak bisa membawamu kepada kebahagian sejati.

Misi
Aku percaya tuhan tidak mengijinkan kita lahir di dunia hanya untuk mati dengan pelajaran hidup yang tidak ada artinya. Kita adalah spesial, mahluk yang diberi anugerah terbesar dibanding semua mahluk yang ada : kehendak bebas!! Kebebasan memilih dan kebebasan berbuat. Jangan sia-siakan hidup ini hanya untuk mengisinya dengan kesedihan, ambisi materi dan hal-hal lain yang tidak bertahan selamanya. Aku percaya, kita, kamu dan aku adalah manusia-manusia yang dilahirkan dengan misi. Misi yang teramat penting untuk dilupakan dan teralihkan dengan tawaran-tawaran dunia yang semu. Misi itu berbeda beda untuk setiap kita, namun secara garis besar, menjunjung dan memelihara nilai-nilai kemanusiaan adalah misi kita yang sudah tertanam (fitrah) untuk kita amanatkan. Apapun agama suku dan rasnya, setiap manusia memiliki empati yang sama ketika melihat nilai-nilaii kemanusiaan dinjak-injak oleh kepentingan sepihak, untuk kemudian berjuang untuk mempertahankan kemanusian itu. Setiap manusia sewajarnya memikirkan pentingnya nilai keluarga diatas kepentingan pekerjaannya.


Tidak ada komentar: