02 Februari 2009

Monkey See Monkey Do

Kadang ketika seseorang yang dekat di kehidupan kita mengecewakan kita, reaksi kita biasanya langsung marah, naik pitam bahkan memaki-maki dalam hati. Yang tidak kita sadari adalah bahwa dilain waktu ketika kita masih marah terhadap seseorang itu, seseorang tersebut secara tidak disangka-sangka menyenangkan hati kita, entah dengan pujian, perkataan atau perbuatan. Disitulah kita seharusnya mengerti, bahwa suatu hubungan tidak dapat dibayangkan hanya berisi cerita-cerita indah dan pengalaman yang menyenangkan saja. Ada kalanya hubungan tersebut dapat merenggang bahkan retak. Di titik inilah kita sering ceroboh mengambil keputusan, mempersangkakan yang tidak benar dan menyakiti lebih dari yang pantas.

Dulu kuanggap aku reaktif terhadap orang, pada kenyataannya bukankah kita semua demikian ?. Orang ibarat cermin yang berdiri dihadapan kita. Seperti kata pepatah "monkey see, monkey do". Apapun tindakan yang kita lakukan didepan cermin selalu memantul kembali ke diri kita, begitu pula dengan manusia. Ketika kita tersenyum pada seseorang yang tidak dikenal, kemungkinan besar reaksi orang tersebut adalah tersenyum kembali meski tak mengenal kita. Bila kita memarahi seseorang, reaksi yang dapat ditebak adalah orang tersebut juga terbawa emosi. Keuntungannya adalah, kita bisa mengendalikan perasaan kita untuk mengendalikan perasaan orang lain.

Jika kita ingin seseorang bersikap baik kepada kita, cobalah memulai lebih dulu dengan bersikap ramah, lalu perhatikan apa yang terjadi. Secara natural lawan bicara kita pun akan meniru. Tunjukan niat baik kamu secara tulus tanpa embel-embel.
Memang aturan ini tidak berlaku untuk setiap kasus karena harus melihat kondisi-kondisi yang mempengaruhinya. Namun setidaknya demikianlah yang berlaku pada umumnya.

Martin Luther Jr. Mengatakan “Api tidak bisa dipadamkan dengan api, hanya air yang bisa. Begitu pula rasa benci, tidak ada yang bisa mengurangi rasa benci kecuali cinta”.
Yang kusadari adalah kadang kita terlalu terbawa emosi sesaat dalam menghakimi hubungan kita dengan seseorang. Kesalahan dalam bersikap itulah yang sering membawa kita pada pertengkaran yang sebetulnya tidak perlu.

Memang benar perkataan Rasul bahwa didalam jiwa yang sedang marah, setan berteriak keras kedalam otak kita sehingga menuntun kita melakukan sesuatu yang kelak kita sesali. Setan begitu halus menjerumuskan kita, seolah-olah itu kehendak bebas kita. Karena Marah itu tidak dapat dihindari selayaknya emosi lainnya, maka karena itu Rasulpun mencontohkan, bila sedang marah, beliau pun berhenti berbicara sejenak kemudian mengambil nafas dalam. Jika masih belum reda, Beliau mengambil wudzu dan solat sunnah. Oleh karena itu dikenal oleh para sahabat bahwa bila rasul sedang marah maka Beliau diam, berhenti berbicara sampai reda bukan memaki.

Ketika suatu hubungan merenggang, otomatis yang kita ingat dari orang tersebut hanyalah kejelekannya semata, berprasangka buruk, mengakibatkan rasa benci yang meracuni akal sehat kita. Dan kita pun sering mengambil kesimpulan bodoh. Memang tidak mudah melakukannya, untuk sekedar mengatakan jangan langsung terbawa emosi, tenangkan pikiran kita baru mengambila keputusan. Karena itu contoh yang dilakukan Rasul itu patut dicoba.

Kesimpulannya, sadarilah bahwa kita sedang berhubungan dengan manusia, bukan dengan mesin. Manusia punya perasaan seperti kata Seurius "rocker juga manusia", teman akan merasa sakit bila kita sakiti dan akibatnya dia akan balik menyakiti diri kita dan bahkan akan menanggalkan kata pertemanan ke tong sampah. Berilah waktu untuk berpikir, tapi jangan terlalu lama. Jika kita yang salah, mengapa kita tidak mengambil langkah untuk meminta maaf, jika dia yang salah, mengapa tidak kita dulu yang meminta maaf. Buat apa mengakibatkan dia terus marah. Begitu berhargakah kemarahan kita bila ditukarkan dengan persahabatan itu?
Bukankah setiap orang memiliki ego? Dan ego seseorang takkan turun jika dilawan dengan ego kita, karena ego tidak ada batasnya maka turunkanlah ego kita, dengan demikian maka (normalnya) teman tersebut juga akan menurunkan egonya.

end note :
Ini adalah kutipan inspirasional yang kuambil dari salah satu adegan di serial smallvile. Renungkanlah maknanya dan temukan nilai persahabatan itu kembali....
"Someone is not your last conversation you with but the whole relationship you have been through with them".
-Jermen Rilke

Tidak ada komentar: